Abstrak Penelitian ini mengkaji struktur lahir pada kumpulan puisi Deru Campur Debu karya Cha iril Anwar. Adapun empat puisi yang di kaji yakni " Kepada Peminta-Minta ", " Sajak Putih ", " Senja
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran yang konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa Sumardjo, 1994 3. Sastra sebagai ungkapan pribadi manusia, tentunya mengandung berbagai hal atau permasalahan sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh sang pengarang dalam karangannya. Oleh karena itu, hal-hal yang ingin diungkapkan sastrawan dalam karyanya adalah hal-hal yang berasal dan kehidupan sehingga dapat diresapi. Bahkan apa pun yang dilakukan sastrawan terhadap bahan yang telah dipilih dan diambil dan kehidupan, tujuan sastrawan sudahlah pasti. Melalui karyanya ia memperluas, memperdalam dan memperjernih penghayatan pembaca terhadap salah satu sisi kehidupan yang disajikan Saini, 1990 15. Wellek dan Austin Warren 1995 3 mendefinisikan sastra sebagai suatu kegiatan kneatif, sebuah karya seni. Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat kita simpulkan bahwa karya sastra baik itu berupa sajak ataupun prosa, merupakan hasil dan kreativitas pengarang dalam mengungkapkan pengalaman, pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat, keyakinan dalam bentuk karya sastra. Oleh karena itu karya sastra adalah bagian eksistensial dan keberadaan manusia, karena Ia lahir sebagai bentuk ekspresi atau ungkapan pengalaman, pemikiran, perasaan, ide-ide, semangat ataupun keyakinan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Taum 1987 20 “Sastra hadir sebagai bagian ekstensial dan keberadaan manusia. Pada mulanya sastra-sastra bersifat religius, menjadi media ekspresi pengalaman estetik dan mistik manusia dalam berhadapan dengan kekuatan alam natural dan ilahi supernatural. Sastra dan religi memiliki hubungan yang erat dan tidak terpisahkan. Atmosuwito 1989 124 menyimpulkan bahwa kitab suci Al Qur’an selain berisi tulisan-tulisan suci Secret Writing agama Islam, juga mengandung tulisan sastra. Demikian juga dengan kitab suci Bible, Bhagawat Gita juga dikatakan sebagai buku-buku puisi dan kitab Amsal dikatakan sebagai kitab sastra bijak wisdom literature. Lebih detail Atmosuwito 1989 126 mengungkapkan bahwa buku agama adalah sastra. Dan sastra adalah bagian dan agama. Puisi sebagai bentuk karya sastra adalah hasil kreativitas pengarangnya. Hal ini juga berarti, bahwa dalam puisi terkandung berbagai hal yang berasal dan kontemplasi pengarangnya, baik itu berupa perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan yang oleh Atmosuwito disebut religiusitas atau perasaan keagamaan, ataupun berupa hasil kontemplasi pengarangnya terhadap kehidupan atau alam. Penelitian tentang religiusitas dalam sastra masih sangat jarang dilakukan. Menurut sepengetahuan peneliti hanya terdapat satu penelitian yang mengkaji religiusitas dalam sastra yaitu satu penelitian yang dilakukan oleh Ratnawati, dkk yang berjudul Religiusitas Dalam Sastra Modern. Objek kajian penelitian tersebut adalah novel-novel jawa modern tahun 1920-1945. Ada pun penelitian tentang religiusitas dalam bidang sajak belum ada yang melakukannya secara mendalam. Melihat kenyataan tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk membahas atau mengakaji aspek religiusitas dalam puisi. Ada pun karya sastra puisi dikatakan bermutu atau baik hams memenuhi syarat-syarat sebagai berikut Dapat merekam isi jiwa pengarangnya Dapat dikomunikasikan kepada orang lain Sastra adalah sebuah keteraturan Penghiburan Sebuah integrasi Merupakan penemuan Merupakan ekspresi sastrawannya Sebuah karya sastra yang pekat Merupakan penafsiran kehidupan Sebuah pembahaman Syajak Chairil Anwar adalah sajak yang baik, karena sajak-sajak Chairil Anwar memenuhi syarat-syarat suatu karya sastra sajak yang baik. Sebagai sajak yang baik, tentunya sajak-sajak Chairil Anwar dapat mencapai tujuan penulisan karya sastra sebagaimana yang diungkapkan oleh Saini 1990 15, yaitu mampu memperjernih, memperdalam penghayatan pembacanya terhadap masalah yang diangkat dalam sajak tersebut, tidak terkecuali masalah religiusitas yang terdapat dalam sajak-sajaknya. Hadirnya sajak-sajak Chairil Anwar cukup banyak menarik perhatian para apresiator. Hal mi terbukti dengan adanya beberapa tanggapan dalam buku-buku ataupun surat kabar yang mengkaji sajak-sajak Chairil Anwar, namun dan sekian banyak penelitian tentang sajak Chairil Anwar belum ada yang mengakaji religiusitas yang terkandung di dalamnya secara mendetail. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengkaji religiusitas yang terdapat dalam kumpulan sajak Chainil Anwar. Sajak yang akan dikaji aspek religiusitasnya dalam penelitian ini, yang terapat dalam buku kumpulan sajak Chairil Anwar yang berjudul Deru Campur Debu. Ada beberapa alasan yang mendorong peneliti memilih sajak tersebut sebagai bahan kajian antara lain Menurut sepengetahuan peneliti sajak tersebut belum ada yang mengkaji aspek religiusitas yang terkandung di dalamnya. Sajak tersebut dipilih sebagai bahan kajian karena dalam sajak tersebut tergambar suatu perasaan yang mendalam yang dirasakan oleh si aku link yang berhubungan dengan Tuhan, rasio ataupun rasa kemanusiaan. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang yang telah dikemukakan, masalah yang akan dibahas dalam penelitian mi adalah 1. Bagaimanakah struktur kumpulan puisi “Deru Campur Debu” kanya Chairil Anwar? 2. Bagaimanakah aspek religiusitas dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anawar? Tujuan Penelitian Tujuan dan penelitian mi antara lain Untuk mendeskripsikan struktur kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Untuk mendeskripsikan aspek religiusitas dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dan penelitian mi antara lain sebagai berikut. a. Manfaat Teoritis Sebagai informasi tentang religiusitas yang terdapat pada sajak kumpulan dalam puisi Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Dapat menjadi masukan bagi peneliti-peneliti sastra khususnya yang membahas tentang religiusitas dalam sajak. b. Manfaat Praktis 1. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam melakukan penelitian-penelitian sastra khususnya saj ak. 2. Sebagai bahan informasi dan studi banding bagi penelitian selanjutnya. BAB II KAJIANPUSTAKA Penelitian yang Relevan Penelitian aspek religiusitas dalam sastra masih sangat kurang dan segi kualitas. Menurut sepengetahuan peneliti, terdapat hanya satu penelitian yang membahas tentang religiusitas dalam sastra, yaitu sastra penelitian yang berjudul Religiusitas Dalam Sastra Jawa Modern oleh Ratnawati, dkk yang diterbitkan pada tahun 2002 oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra Jawa modern mengungkap aspek religiusitas secara langsung religiusitas otentik. Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra Jawa modern tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun. Disebutkan pula bahwa dan sejumlah data yang diteliti novel Jawa modern tahun 1920-1945, hanya ada beberapa karya sastra yang secara eksplisit mengungkapkan aspek religiusitas formal religiusitas agamis. Hukum agama yang digunakan dalam karya sastra tersebut adalah hukum agama Islam. Religiusitas formal tergambar dalam sikap Kiay Saleh yang dengan teguh memegang ajaran agamanya yaitu islam, ia mengajarkan anak-anaknya untuk mengaji, sholat serta menanamkan sikap-sikap mulia kepada anak-anaknya. Dalam novel tersebut Tn Djoko Mulyo digambarkan bahwa pada akhimya anak Kiay Saleh ada yang menjadi Tuan Guru besar di suatu kampung. Konsep Dasar Dalam buku ”Prinsip-prinsip dasar metode riset pengajaran dan pembelajaran bahasa” dijelaskan bahwa analisis merupakan produk dari semua pertimbangan dan pemikiran yang terlihat dalam rancang bangun dan rencana penelitian Henry, 1987 178. Dalam hal ini, analisis yang dimaksud adalah analisis tentang segi religiusitas yang terdapat dalam kumpulan puisi ”Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kumpulan adalah sesuatu yang telah dikumpulkan, perhimpunan, tem,pat berkumpul Poerwadarminta, 1987 475. Sedangkan yang dimaksud dengan puisi adalah bentuk karangan yang terkait oleh rima, ritme, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat Maskurun 2000128. Menurut Ensiklopedia Indonesia N-Z halaman 1147 dalam Tarigan, 19854 kata puisi berasal dari bahasa Yunani Poiesis yang berarti penciptaan Pengertian Puisi sajak Puisi n ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait KBBI, 2003 235. Sedangkan Maskurun 2000128 mengatakan bahwa puisi ialah bentuk karangan yang terkait oleh rima, ritme, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut Ensiklopedia Indonesia N-Z halaman 1147 dalam Tarigan, 19854 kata puisi berasal dari bahasa Yunani Poiesis yang berarti penciptaan. Sedangkan Issac Newton dalam Tarigan mengatakan bahwa puisi adalah nada yang penuh keaslian dan keselarasan 19855. Sementara itu, Watts Dunton dalam Tarigan mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkrit dan bersifat artistik dari fikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama 19857. Sedangkan Lescelles Abercrombie dalam Tarigan mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman yang bersifat yang hanya kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang memanfaatkan setiap rencana dengan matang dan tepat guna 19857. Serta menurut Wirojosoedarno Pradopo 20055 puisi itu karangan terikat oleh 1 banyak baris dalam tiap bait Kumplet/Strota, suku karangan; 2 banyak baris dalam tiap bait; 3 banyak suku kata dalam tiap baris; 4 rima; dan 5 irama. Pendapat lain mengatakan puisi adalah adalah ciptaan tentang sesuatu keindahan dalam bentuk berirama. Citarasa adalah unsur yang diutamakan. Hubungan dengan budaya intelek atau dengan suara hati hanya merupakan hubungan yang selintas. Jika bukan secara kebetulan, ia tidak akan mengena langsung dengan fungsi utamanya atau dengan kebenaran. Edgar, 198944. Pendapat lain mengatakan Puisi pada hakikatnya adalah satu pernyataan perasaan dan pandangan hidup seorang penyair yang memandang sesuatu peristiwa alam dengan ketajaman perasaannya. Perasaan yang tajam inilah yang menggetar rasa hatinya, yang menimbulkan semacam gerak dalam daya rasanya. Lalu ketajaman tanggapan ini berpadu dengan sikap hidupnya mengalir melalui bahasa, menjadilah ia sebuah puisi, satu pengucapan seorang penyair. Samad Said, 200011 Jenis Puisi Jenis puisi ini didasarkan pada cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan. Adapun jenis-jenis puisi ini peneliti paparkan sebagai berikut. Puisi Naratif. Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks. Puisi-puisi naratif, misalnya epik, romansa, balada, dan syair berisi cerita.Balada adalah puisi yang bercerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian. Rendra banyak sekali menulis balada tentang orang-orang tersisih, yang oleh penyairnya disebut “orang-orang tercinta”. Kumpulan baladanya Balada Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie. Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa romantik yang berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesonakan. Rendra juga banyak menulis romansa. Salah satu bagian dalam “Empat Kumpulan Sajak”nya berjudul “Romansa” dan berisi jenis puisi romansa, yakni kisah percintaan sebelum Rendra menikah. Kirdjomuljo menulis romansa yang berisi kisah petualangan dengan judul “Romance Perjalanan”. Kisah cinta ini dapat juga berarti cinta tanah kelahiran seperti puisi-puisi Ramadhan Priangan Si Jelita. Periode 1953-1961 banyak di tulis jenis romansa ini. Puisi Lirik. Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Ia tidak bercerita. Jenis puisi lirik misalnyaelegi, ode, dan serenada. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya “Elegi Jakarta” karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka penyair di kota Jakarta. Serenada adalah sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata “serenada” berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja. Rendra banyak menciptakan serenada dalam Empat Kumpulan Sajak. Misalnya “Serenada Hitam”, “Serenada Biru”, “Serenada Merah Jambu”,”Serenada Ungu”, “Serenada Kelabu”, dan sebagainya. Warna-warna di belakang serenade itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada yang bahagia, sedih, kecewa, dan sebagainya. Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau sesuatu keadaan. Yang banyak di tulis adalah pemujaan tehadap tokoh-tokoh yang dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro” Chairil Anwar, dan “Ode Buat Proklamator” Leon Agusta merupakan contoh ode yang bagus. Berikut ini kutipan Ode Buat Proklamator, sebuah ode yang memuja tokoh proklamator Bung Karno dan Bung Hatta. Dalam puisi ini, dapat diungkapkan rasa kagum penyair kepada sang proklamator. Ungkapan-ungkapan rasa kagum itu sangat mengena dan tidak bersifat klise. Kerinduan penyair untuk mendengarkan bara semangat yang ditiupkan lewat pidato-pidato yang berapi-api, dapat kita hayati sejak enam baris terakhir. Hukla, 197922 Puisi Deskriptif. Di depan telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/ peristiwa, benda, atau suasana yang di pandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat di klasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire, kritik social, da puisi-puisi impresionitik. Satire adalah puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik social adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan terhadap keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan/orang tersebut. Kesan penyair juga dapat kita hayati dalam puisi-puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan impresi penyair terhadap suatu hal. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku kumpulan puisi Hukla karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut juga puisi Hukla puisi yang mementingkan suara atau serangkaian suara. Puisi kamar ialah puisi yang cocok di baca sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang. Sajak-sajak Leon Agusta banyak yang dimaksudkan untuk sajak auditorium. Puisi-puisi Rendra kebanyakan adalah puisi auditorium yang baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdenagr lewat pembacaan secara keras. Puisi auditorium disebut juga puisi oral karena cocok untuk dioralkan. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang dikemukakan dalam puisi itu. Puisi fisikal bersifat realistis artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan adalah merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada, puisi yang bersifat impresionistis, dan juga puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal. Puisi platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah “cinta platonis” yang berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-cita dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik. Puisi-puisi religius juga dapat dikategorikan puisi platonis. Demikian juga puisi yang mengungkapkan cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada anaknya kiranya dapat dinyatakan sebagai puisi platonik. Puisi metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius di satu pihak dapat dinyatakan sebagai puisi platonik menggambarkan ide atau gagasan penyair di lain pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik mengajak pembaca merenungkan hidup, kehidupan, dan Tuhan. Karya-karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair perahu, dan Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metefisikal. Kasidah-kasidah karya Barzanji dan Tasawuf karya Rumi kiranya dapt diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal. Puisi Subjektif dan Puisi Objektif Puisi subyektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi-puisi yang di tulis kaum ekspresionis dapat diklasifikasikan sebagai puisi subyektif karena mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian juga puisi lirik dimana aku lirik bicara kepada pembaca. Puisi obyektif berarti puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal. Puisi naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi obyektif, meskipun juga ada beberapa yang subyektif. Puisi Konkret Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak tahun 1970-an. Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut pandang poems for the eye. Kita mengenal adanya bentuk grafis dari puisi, kaligrafi, idoegramatik, atau puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan pengimajian kat lewat bentuk grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan haruf-huruf sangat potensial membentuk gambar. Gambar ujud fisik yang “kasat mata” lebih dipentingkan daripada makna yang ingin disampaikan. Contoh dalam bahasa Inggris, misalnya karya Joyce Klimer berikut ini t ttt rrrrr rrrrrrr eeeeeeeee ??? Kata yang hendak dinyatakan dalam puisi ini hanyalah “tree”; namun karena membentuk gambar pohon Natal, maka pembaca mengetahui bahwa yang dimaksud penyair adalah pohon Natal. Karya Sutardji banyak sekali yang dapat diklasifikasikan sebagai puisi konkret. Kemudian diikuti oleh penyair-penyair yang lebih muda. Puisi konkret ada yang berbentuk segitiga, kerucut, belah ketupat, piala, tiang lingga, bulat telur, spindle, ideografik, dan ada juga yang menunjukkan lambang tertentu. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis Puisi diafan ataupuisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat mudah dihayati maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka yang baru belajar menulis puisi,dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik untuk mengungkapkan makna. Dengan demikian penyair tersebut tidak memiliki kepekaan yang tepat dalm takarannya untuk lambing, kiasan, majas, dan sebagainya. Jika puisinya terlalu banyak majas, maka puisi itu menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering akan majas dan versifikasi, maka puisi itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic dan terlalu cerlang sehingga diklasifikasikan sebagai puisi diafan. Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya, namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi itu. Namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada bermacam-macam makna yang muncul karena memang bahasa puisi bersifat multi interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak gelap. Makna yang aneka ragamitu dapat ditelusuri pembaca. Jika pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut. Penyair-penyair besar seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi prismatis. Puisi-puisi daari orang yang baru belajar menjadi penyair biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi gelap. Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif Parnasian adalah sekelompok penyair Perancis pada pertengahan akhir abad 19 yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan. Puisi parnasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu menulis puisi, kebanyakan adalah puisi parnasian. Puisi-puisi Rendra dalam Potret Pembangunan dalam Puisi yang banyak berlatar belakang teori ekonomi dan sosiologi dapaat diklasifikasikan sebagai puisi parnasian. Demikian juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan pertimbangan keilmuan. Puisi inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana batin penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi itu. Dengan “mood”, puisiyang diciptakan akan memiliki tenaga gaib, mempunyai kekuatan untuk memikat perhatian pembaca. Puisi inspiratif biasanya tidak sekali baca habis. Pembaca memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan. Puisi “Senja di Pelabuhan Kecil” karya Chairil Anwar adalah contoh puisi inspiratif. Puisi Demonstrasi dan Pamflet Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka yang oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan hasil refleksi demonstrasi para mahasiswa dan pelajar sekitar tahun 1966. menurut Subagio Sastrowardoyo, puisi-puisi domonstrasi 1966 bersifat kekitaan, artinya melukiskan perasaan kelompok bukan perasaan individu. Puisi-puisi mereka adlah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. gaya paradoks dan ironi banyakkita jumpai. Sementara itu, kata-kata yang membakar semangat kelompok banyak dipergunakan, seperti kebenaran, keadilan, kemanusiaan, tirani, kebatilan, dan sebagainya. Perkembangan Puisi di Indonesia Membaca puisi merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa, terutama siswa pada tingkat sekoiah dasar. Pada umumnya siswa SD masih kesulitan dalam membaca karya sastra berbentuk puisi. Hal tersebut terjadi bukan semata-mata karena kesalahan siswa, tetapi termasuk juga para pendidik. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Muchlisoh, bahwa para siswa tersebut lebih banyak diberikan bekal pengetahuan berbahasa daripada dilatih bagaimana menggunakan bahasa itu untuk berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tulisan 1994 3. Melihat hasil yang demikian, maka yang perlu ditelusuri lebih jauh adalah mengapa hal seperti itu masih terjadi. Apakah hal tersebut disebabkan oleh faktor sarana pembelajaran yang kurang memadai, atau faktor latar belakang, lingkungan sosial siswa yang mendukung tidak terlaksananya proses belajar mengajar dengan baik seperti pengaruh pergaulan tidak terkendali dalam masyarakat siswa itu tinggal dan lain sebagainya, atau faktor guru yang memang tidak memiliki kemampuan mengajar secara efektif, atau percampuran dari faktor-faktor itu semua. Dalam mengatasi hal demikian maka gurulah yang harus berperan aktif sesuai dengan perkembangan zaman. Hal tersebut sesuai dengan pandangan Umar bahwa, “ sejalan dengan konsep-konsep baru ke arah dunia pendidikan, perkembangan iptek yang pesat menyumbangkan cara-cara baru yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah pendidikan. Dalam realisasinya dipandu oleh kurikulum yang selalu disempurnakan. Sejalan dengan itu maka guru sebagai suatu komponen sistem pendidikan juga harus berubah” 2000 253. Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang tersebut di atas, membaca puisi sedikit berbeda dengan membaca teks atau bahan bacaan yang lain. Perbedaannya terletak pada cara memahaminya. Jika membaca teks, arti atau isi dapat langsung dipahami atau dimengerti karena kata-kata yang digunakan adalah kata-kata yang sering diucapkan atau didengar dalam kegiatan sehari-hari, baik itu secara formal maupun non formal. Membaca kegiatan memang lebih sulit Jika dibandingkan dengan membaca prosa drama atau bahkan pengetahuan umum lainnya. Puisi harus ditaksirkan, direnungkan dalam-dalam dan dirasakan karena menyimpan makna yang tersembunyi, yakni banyak menggunakan makna lambang, karena puisi mengutamakan estetika. Berbagai macam bekal pengetahuan dan pengalaman di atas tersebut bekal awal karena, seperti telah diungkapkan di depan, untuk mampu mengepresikan suatu cipta sastra seseorang harus terus – menerus menggauli karya sastra. Pemilikan bekal pengetahuan dan pengalaman dapat diibaratkan sebagai pemilikan pisau bedah, sedangkan kegiatan menggauli cipta sastra itu sebagai kegiatan pengasahan sehingga pisau itu menjadi tajam dan semakin tajam. Langkah awal dalam pembelajaran membaca puisi ialah memparafrasekan puisi. Parafrasekan adalah mengubah puisi ke dalam bentuk prosa. Seorang sastrawan yang mengekspresikan karya-karya melalui puisi untuk mendapatkan hasil yang lebih hidup dan indah dibutuhkan keterampilan mengolah kata dengan penambahan, pengulangan, penukaran, penggantian dan penghapusan. Banyak kalimat dalam puisi kadang-kadang tidak lengkap, ada yang terpenggal dan bahkan satu larik puisi ada yang hanya terdiri atas satu perkataan saja. Bangun kalimat yang tidak lengkap atau tak sempurna ini biasanya merupakan salah satu kesulitan di dalam memahami puisi. Untuk memudahkan puisi terlebih dahulu memparafrasekan puisi yang telah dibaca dengan cara memberi penanda pertalian dengan menambahkan kata penghubung, memberi tanda satu garis miring / untuk pengganti jeda dan tanda dua garis miring // untuk pengganti titik gramatikal. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan suatu bentuk kebahasaan dari teks puisi yang mematuhi kaidah-kaidah gramatikal yang diterapkan dapat mempermudahkan pembuatan parafrasenya, yakni mengubah isi puisi atau bentuk puisi sehingga menjadi bentuk prosa, yang memberikan gambaran secara umum tentang puisi tersebut. Teori Struktur Pendekatan sturktural di pelopori oleh kaum formalis Rusia dan Strukturalisme Praha. Ta dapat pengaruh langsung dan teori Saussure yang mengubah studi linguistik dan pendekatan diatronok ke sinkronik. Studi linguistik tidak lagi ditekankan pada sejarah perkembangaflflYa, meainkan hubungan antar unsurnya. Masalah unsur dan hubungan antar unsur merupakan hal yang penting dalam pendekatan ini. Unsur bahasa misalnya terdiri dan unsur fonologi, morfologi, dan sintaktis. Analisis struktural karya sastra yang dalam hal mi adalah fiksi, dapat dilakukan dengan mengidentifikasi, mengkaji, dan mendeskripsikafl fungsi dan hubungan antar unsur intrinsik fiksi yang bersangkutanl. Mula-mula diidentifikasi dan dideskripsikan misalnya, bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dengan demikian, pada dasarnya analisis struktura bertujuan untuk memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antara berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah kemenyeluruhan. Analisis struktural tak cukup dilakukan hanya sekedar mendata unsur tertentu sebuah karya fiksi, misalnya peristiwa, plot, tokoh, latar atau yang lain-lain. Analisis struktural dapat berupa kajian yang menyangkut relasi unsur-unsur dalam mikroteks, suatu keseluruhan dan relasi intertekstual Hartoko dan Rahmanto, 1986 136. Adapun unsur-unsur yang membangun puisi tersebut adalah sebagai berikut. 1. Tema Terna adalah makna yang dikandung dan ditawarkan oleh cerita novel, maka masalahnya adalah makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema itu, atau jika berbagai makna itu dianggap sebagai bagian-bagian tema, sub-tema, atau tema-tema tambahan 2. Rima Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan rima adalah pengulangan bunyi yang berselang, baik di dalam link sajak maupun pada akhir lank sajak yang berdekatan 3. Diksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan diksi yaitu pemilihan kata yang bermakna tepat dan selaras cocok penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan dengan pokok pembicaraan, peristiwa, dan khalayak pembaca atau pendengar Poerwadarminta, 1990 205. 4. Pencitraan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pencitraan yaitu kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa dan puisi Poerwadarminta, 1990 169. 5. Tipognafi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tipografi yaitu watak pembagian manusia dalam golongan-golongan menunut corak watak masing-masing Poenwadarminta, 1990 952. 6. GayaBahasa Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan gaya bahasa yaltu cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan balk dalam bentuk lisan maupun tulisan Pocrwadarminta, 1990 258. 7. Pesan Moral Pesan moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita. Yang dimaksud dengan unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra. Puisi sebagai salah satu sebuah karya seni sastra yang dapat dikaj i dan bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi itu adalah struktur yang tersusun dan bermacam-macam unsur dan sarana-sarana kepuitisan. Dapat pula puisi dikaji jenis-jenis atau ragamnya, mengingat bahwa ada beragam-ragam puisi. Begitu pula, puisi dapat dikaji dan sudut kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarahnya, dan waktu ke waktu puisi selalu ditulis cjan dibaca orang dan sepanjang zaman selalu dibaca orang Pradopo, 2009 3. Religiusitas dalam Karya Sastra Religiusitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pengabdian terhadap agama, kesalehan Pusat Bahasa, 2003 944. Menurut The World Book Dictionary kata religiosity berarti religius feeling or sentiment atau perasaan keagamaan dalam Amosuwito, 1989 123. Lebih lanjut Atmosuwito 1989 124 men gatakan bahwa yang dimaksud dengan perasaan keagamaan adalah segala perasaan batin yang ada hubungannya dengan Tuhan. Perasaan dosa guilt feeling, perasaan takut fear to god, kebesaran Tuhan god’s glory adalah beberapa contoh untuk menyebutkan sedikit saja”. Menurut Mangunwijaya 1982 11-12 “Religiusitas lebih melihat aspek di dalam lubuk hati, riak getaran hati nurani pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain, karena menafaskan intimitas jiwa “du Coeur” dalam arti paskal, yakni cita rasa yang menyangkut totalitas termasuk rasio dan rasa manusiawi ke dalam si pribadi manusia. Moedjatno dan Sunardi dalam Ratnawati, dkk, 2002 2. Mendefinisikan bahwa relegiusitas adalah 1 Suatu yang melintasi agama 2 Melintasi rasionalisasi 3 Menciptakan keterbukaan antar manusia 4 Tidak identik dengan fasifisme Religiusitas berkaitan dengan kebebasan orang untuk menjaga kualitas keberagamannya jika dilihat dan dimensi yang paling dalam dan personal yang acap kali berada di luar kategori-kategori ajaran agama. Lebih detail Mangunwijaya 1982 15 menegaskan bahwa “Pada dasarnya religiusitas mengatasi atau lebih dalam dan agama yang tampak formal, resmi. Dengan demikian religiusitas hanya berhubungan dengan ketaatan ritual atau hukum agama, tetapi pada yang Iebih dalam, lebih mendasar dalam pribadi manusia, rohnya”. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu perasaan keagamaan yang terdapat dalam lubuk hati manusia yang ada hubungannya dengan Tuhan, rasio dan rasa manusiawi yang dirasakan oleh manusia secara mendalam. Biografi Pengarang Chairil Anwar lahir di Medan 26 Juli 1922. Ayahnya bernama Toeloes berasal dan Payakumbuh Taeh, Kabupaten Limo Puluah Koto, Sumatra Barat dan ibunya benama Saleha yang berasal dan kota Gadang, Sumatra Banat yang masih mempunyai hubungan keluarga dengan ayah Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Pertama Indonesia. Chairil Anwar bersekolah Belanda HIS Hollands Inlandsche Scholl di Medan, kemudian rnelanjutkan sekolahnya ke MULO Meer Uietgebred Lager Onderwijs, setingkat SMP. Ia tidak rnenarnatkan sekolah itu karena pindah ke Jakarta mengikuti ibunya yang bercerai dengan ayahnya. Chairil rnenguasai tiga bahasa asing, yaitu Belanda, lnggris dan Jerman secara aktif. Pengusaannya atas ketiga bahasa asing itulah yang rnengantarkan Chairil pada karya-karya sastra dunia. Oleh sebab itu pengarang-pengarang seperti Andre Gide, John Steinbeck, Rainer Marie Riike, Ernest Herningway, Edgar du Peron sangat akrab dengan Chair. Bahkan, karena itu Chairil ikut disudutkan sebagai plagiator. Chairil rnenikah dengan Hapsah Wiradireja, Wanita Cicurung, Sukaburni yang lahir tanggal II Mei 1922. Ia rnerniliki seorang putri bemarna Evawani Alissa, alurnnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia, lahir 17 Juni 1947. Chairil Anwar rneninggal pada usia 26 tahun 9 bulan, pada tangga! 28 April 1949. Warisan karyanya 70 puisi ash, 4 puisi saduran, 10 puisi terjernahan, 6 prosa ash dan 4 prosa terjemahan. BAB III METODE PENELITIAN Data dan Sumber Data a. Data Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah tentang konsep religiusitas yang terdapat dalam kumpulan sajak Deru Campur Debu. b. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari buku kurnpulan sajak Chairil Anwar yang berjudul Deru Campur Debu yang diterbitkan oleh Dian Rakyat pada tahun 2000. Buku tersebut berisi 27 sajak karya Chairil Anwar. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah a. Metode Kepustakaan Metode kepustakaan adalah metode yang digunakan untuk menemukan masalah yang diteliti dengan memanfaatkan pustaka. Dalam hal ini masalah yang akan diteliti adalah tentang konsep religiusitas yang terkandung dalam kumpulan sajak Deru Campur Debu karya Chairil Anwar. Hal yang sangat mendasari peneliti mengambil kumpulan sajak ini adalah karena kumpulan sajak Deru Campur Debu karya Chairil Anwar ini sarat dengan konsep-konsep religiusitas yang terkait dengan dilema kehidupan manusia di dunia. b. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan Poerwadarminta, 1984 256. Sedangkan ahli lain mengatakan metode dokumentasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengumpulkan segala macam dokumen serta mengadakan pencatatan sistematis Netra, 1985 77. Dokumen yang dipakai seperti nilai raport siswa yang berkaitan dengan nilai pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Dari kedua pendapat tersebut, maka yang dimaksud dengan metode dokumentasi adalah cara mengumpulkan data mengenai suatu subjek dan objek penelitian melalui segala macam dokumen seperti catatan, agenda, aporaatadokumen lain yang berhubungan dengan penelitian. c. Metode Telaah Dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan telaah adalah penyelidikan, pemeniksaan penelitian, mempelajani Poerwadarminta, 1987 917. Sedangkan yang dimaksud dengan isi adalah sesuatu yang ada yang termuat, terkandung Poerwadarminta, 1987 339. Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud dengan telaah isi dalam penelitian mi adalah pemeriksaan, penyelidikan sesuatu yang termuat atau terkandung dalam kumpulan puisi “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar. Metode Analisis Data Analisis data adalah, “proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh melalui metode pengumpulan data, sehingga dapat dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain” Yudin, 200781. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode deskriptif kualitatif dan metode deskriptif kuantitatif. ” metode deskriptif kualitatif yaitu metode yang digunakan untuk memaparkan mendeskripsi informasi tertentu, suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya. Pada penelitian diskriptif tidak diadakan perlakukan terhadap variabel-variabel yang akan didiskripsikan dan tidak menggunakan angka-angka” Anggoro, dkk, 200765. Dalam menganalisis data, maka ada beberapa prosedur yang akan digunakan diantaranya. 1. Identifikasi Data Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap identifikasi data adalah sebagai berikut a. memasukkan data yang penting dan benar-benar dibutuhkan b. hanya memasukkan data yang bersifat objektif c. hanya memasukkan data yang outentik 2. Klasifikasi Data a. Pengklasifikasian data yaitu penggolongan aneka ragam data itu ke dalam kategori-kategori yang jumlahnya terbatas. b. Koding yaitu usaha mengklasifikasikan uraian data dengan jalan menandai masing-masing kode tertentu. 3. Interpretasi Data Dalam interpretasi data merupakan acuan penarikan kesimpulan, penulis menggunakan metode deduksi. Metode deduksi adalah suatu pola pemikiran untuk mengambil kesimpulan dimulai dari hal-hal yang sifatnya umum untuk mengajak kepada hal-hal yang khusus. Metode ini digunakan untuk menganalisa menentukan data tentang religiusitas yang terdapat dalam kumpulan sajak karya Chairil Anwar yang benjudul Deru Campur Debu
Sambilberjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku
Data buku kumpulan puisi Judul Deru Campur Debu Penulis Chairil Anwar Cetakan III, 1993 Penerbit PT. Dian Rakyat, Jakarta Tebal 47 halaman 28 puisi ISBN 979-523-042-5 Ilustrasi isi Oesman Effendi Beberapa pilihan puisi Chairil Anwar dalam Deru Campur Debu Aku Kalau sampai waktuku Ku mau tak seorang kan merayu Tidak juga kau Tak perlu sedu sedan itu Aku ini binatang jalang Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang Luka dan bisa kubawa berlari Berlari Hingga hilang pedih peri Dan akan akan lebih tidak perduli Aku mau hidup seribu tahun lagi Senja di Pelabuhan Kecil Buat Sri Ayati Ini kali tidak ada yang mencari cinta di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap. Cintaku Jauh di Pulau Cintaku jauh di pulau Gadis manis, sekarang iseng sendiri Perahu melancar, bulan memancar di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar angin membantu, laut terang, tapi terasa aku tidak kan sampai padanya Di air yang tenang, di angin mendayu di perasaan penghabisan segala melaju Ajal bertakhta, sambil berkata “Tujukan perahu ke pangkuanku saja.” Amboi! Jalan sudah bertahun kutempuh! Perahu yang bersama kan merapuh Mengapa Ajal memanggil dulu Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?! Manisku jauh di pulau, kalau ku mati, dia mati iseng sendiri. Kawanku dan Aku Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengental pekat. Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata? Kawanku hanya rangka saja Karena dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti Kepada Kawan Sebelum ajal mendekat dan mengkhianat, mencengkam dari belakang tika kita tidak melihat, selama masih menggelombang dalam dada darah serta rasa, belum bertugas kecewa dan gentar belum ada, tidak lupa tiba-tiba bisa malam membenam, layar merah berkibar hilang dalam kelam, kawan, mari kita putuskan kini di sini Ajal yang menarik kita, juga mencekik diri sendiri! Jadi Isi gelas sepenuhnya lantas kosongkan, Tembus jelajah dunia ini dan balikkan Peluk kucup perempuan, tinggalkan kalau merayu, Pilih kuda yang paling liar, pacu laju, Jangan tambatkan pada siang dan malam Dan Hancurkan lagi apa yang kau perbuat, Hilang sonder pusaka, sonder kerabat. Tidak minta ampun atas segala dosa, Tidak memberi pamit pada siapa saja! Jadi mari kita putuskan sekali lagi Ajal yang menarik kita, kan merasa angkasa sepi, Sekali lagi kawan, sebaris lagi Tikamkan pedangmu hingga ke hulu Pada siapa yang mengairi kemurnian madu!!! Doa kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namaMu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh cayaMu panas suci tinggal kerdip lilin di kelam sunyi Tuhanku aku hilang bentuk remuk Tuhanku aku mengembara di negeri asing Tuhanku di pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling Kepada Peminta-minta Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Cerita Buat Dien Tamaela Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan Beta Pattirajawane, menjaga hutan pala Beta api di pantai. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! mari beria! mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau... Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu Sebuah Kamar Sebuah jendela menyerahkan kamar ini pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam mau lebih banyak tahu. “Sudah lima anak bernyawa di sini, Aku salah satu!” Ibuku tertidur dalam tersedu, Keramaian penjara sepi selalu, Bapakku sendiri terbaring jemu Matanya menatap orang tersalib di batu! Sekeliling dunia bunuh diri! Aku minta adik lagi pada Ibu dan bapakku, karena mereka berada d luar hitungan Kamar begini 3 x 4, terlalu sempit buat meniup nyawa! Hampa Kepada Sri Sepi di luar. Sepi menekan-mendesak Lurus kaku pohonan. Tak bergerak Sampai di puncak. Sepi memagut, Tak satu kuasa melepas-renggut Segala menanti. Menanti. Menanti Sepi Tambah ini menanti jadi mencekik Memberat-mencengkung punda Sampai binasa segala. Belum apa-apa Udara bertuba. Setan bertempik Ini sepi terus ada. Dan menanti. Tentang Chairil Anwar Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Berpendidikan MULO tidak tamat. Pernah menjadi redaktur “Gelanggang” ruang kebudayaan Siasat, 1948-1949 dan redaktur Gema Suasana 1949. Kumpulan sajaknya, Deru Campur Debu 1949, Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan yang Putus 1949, dan Tiga Menguak Takdir bersama Rivai Apin dan Asrul Sani, 1950. Chairil Anwar dianggap pelopor angkatan 45. Ia meninggal di Jakarta, 28 April 1949. Hari kematiannya diperingati sebagai Hari Sastra di Indonesia. Catatan Lain Buku ini koleksi perpustarda Prov. Kalsel. Pinjam 2 April 2012 dan mesti dibalikin 18 April 2012. Sketsa / lukisan Chairil Anwar Adatiga hal pokok yang terdapat pada kumpulan puisi Deru Campur debu karya Chairil anwar yaitu tentang cinta kepada tuhan, cinta kepada sesame dan cinta erotis, karena dalam kumpulan puisi tersebut menceritakan tentang seseorang yang sangat mencintai tuhan, sahabat dan kekasihnya. ArticlePDF AvailableAbstractPenelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bentuk citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik analisis isi. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan teknik analisis data dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan/verifikasi. Data dalam penelitian ini berupa citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar terdapat beragam citraan dan majas yang cukup bervariasi. Citraan yang digunakan pengarang dapat menciptakan imajinasi yang lebih hidup. Citraan yang terdapat pada kumpulan puisi tersebut yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pengecapan serta majas ada personifikasi,metafora,hiperbola dan alegori. Adapun puisi yang dianalisis antara lain “Kawan ku dan Aku”, “Sajak Putih”, dan “Nocturno”. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 41 ANALISIS MAJAS DAN CITRAAN PADA KUMPULAN PUISI DERU CAMPUR DEBU Mega Rebeca Gita, Achmad Yuhdi Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan e-mail gitapanjaitan08 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang bentuk citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik analisis isi. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan teknik analisis data dengan langkah-langkah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan/verifikasi. Data dalam penelitian ini berupa citraan dan majas dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar . Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kumpulan puisi Deru Campur Debu Karya Chairil Anwar terdapat beragam citraan dan majas yang cukup bervariasi. Citraan yang digunakan pengarang dapat menciptakan imajinasi yang lebih hidup. Citraan yang terdapat pada kumpulan puisi tersebut yaitu citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerak, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan pengecapan serta majas ada personifikasi,metafora,hiperbola dan alegori. Adapun puisi yang dianalisis antara lain “Kawan ku dan Aku”, “Sajak Putih”, dan “Nocturno”. Katakunci Majas, Citraan, Puisi Abstract This study aims to provide an understanding of the form of imagery and figure of speech in the collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. This study uses a descriptive method with content analysis techniques. The data collection technique uses documentation and data analysis techniques with the following steps data reduction, data presentation and drawing conclusions/verification. The data in this study are images and figures of speech in the collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar. The results of the research show that in the collection of poetry Deru Campur Debu by Chairil Anwar there are various images and figures of speech that are quite varied. The imagery used by the author can create a more vivid imagination. The images contained in the poetry collection are visual imagery, auditory imagery, motion imagery, tactile imagery, olfactory imagery, tasting imagery and figure of speech with personification, metaphor, hyperbole and allegory. The poems analyzed included “My friends and I”, “White Poems”, and “Nocturno”. Keywords Figure of Speech, Imagery, Poetry PENDAHULUANKarya sastra tercipta karena adanya inisiatif pengarang dalam menciptakan karya dalam bentuk ide dan gagasan yang kreatif. Ide dan gagasan kreatif tersebut tercipta bukan hanya dari imajinatif pengarang tetapi juga pengetahuan yang dimiliki pengarang. Pengarang menciptakan karya sastra dari media bahasa yang diambil dari gambaran-gambaran hidup manusia, baik itu pengalaman pengarang sendiri maupun pengalaman orang lain. Dengan demikian karya sastra yaitu karya yang tercipta dari ide kreatif pengarang yang menggambarkan tentang kehidupan dengan menggunakan media bahasa. Satu di antara bentuk karya sastra adalah puisi. Puisi termasuk karya sastra yang memiliki nilai keindahan yang dihasilkan dari ide kreatif pengarang. Pada penelitian ini, peneliti mengambil objek buku Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 42 kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” yang telah dipublikasikan dalam buku antologi yang dibuat oleh Dian Rakyat. Berdasarkan paparan diatas, peneliti memberi judul penelitian ini, yaitu “Analisis Majas dan Citraan Pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu ” Permasalahan citraan pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari permasalahan pemilihan kata diksi. Dengan adanya diksi atau pilihan kata yang tepat tentu akan menimbulkan daya khayal pembaca terhadap suatu hal yang sedang dibacanya. Namun sebaliknya, penggunaan diksi yang tidak tepat tidak akan dapat membuat pembaca berimajinas seoah-olah merasakan apa yang dirasakan penyair, karena pada umumnya citraan dalam puisi digunakan penyair untuk memperkuat gambaran pemikiran pembaca, Citraan terdiri atas tujuh jenis yakni citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan perabaan, citraan penciuman, citraan gerak, citraan pengecapan. dan citraan pemikiran. Maman S. Mahayana 2005 sastra sering juga ditempatkan sebagai potret sosial. Ia mengungkapkan kondisi masyarakat pada masa tertentu. Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial Damono, 1979 1. Dalam pengertian ini, kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat; antara masyarakat dengan orang-seorang, antara manusia, dan antara peristiwa yang terjadi dalam batin seseoranTujuan penelitian dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan majas dan citraan yang terdapat dalam buku kumpulan puisi deru campur debu karya Chairil Anwar. Sering sekali kita hanya membaca sebuah puisi untuk melatih bagaimana cara pembacaannya yang baik dan benar namun tidak mengetahui terlebih dahulu makna puisi tersebut dan citraan yang terkandung didalam. Tanpa disadari ketika tahu makna dari puisi dan citraannya kita akan menjadi lebih baik dalam pembacaannya karena sudah tahu artinya, Oleh karena peneliti membuat sebuah penelitian dari kumpulan puisi Chairil Anwar karena diksi yang terdapat dalam puisi-puisinya sangat jarang didengar orang awam pada umumnya sehingga saya berinisiatif untuk menganalisisnya agar pembaca juga memahami majas dan citraan dalam puisi-puisi karya Chairil Anwar. Nurgiyantoro 2005346 mengungkapkan bahwa penggunaan citraan dalam puisi danteks kesusastraan secara umum berkaitan dengan tujuan memberikan gambaran secara konkret, walau tetap hanya secara imajinatif kepada pembacanya. Teori yang dibuat oleh Nurgiyantoro inilah yang saya terapkan didalam penelitian ini karena pada umumnya puisi dengan kata-kata yang jarang terdengar membarika gambara konkret sehingga saya menganalisis majas dan citraan yang terkandung didalam puisi. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sugiyono 2013, hlm. 15 Sehingga di penelitian ini peneliti menganalisis secara langsung dari buku kumpulan puisi Chairil Anwar berjudul “Chairil Anwar”. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik studi pustaka, yaitu menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis yang dimaksud dapat berupa sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penganalisisan data penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Membaca puisi yang akan dianalisis yaitu berjudul “Kawanku dan Aku”, “Sajak Putih” dan “Nocturno”. 2. Mengidentifikasi larik puisi yang diduga terdapat majas dan unsur citraan Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 43 3. Mencatat setiap larik puisi yang mengandung konsep majas dan kajian citraan 4. Menentukan jenis majas dan unsur citraan pada larik-larik puisi yang telah diidentifikasi 5. Mengklasifikasi majas dan citraan yang terdapat dalam puisi yang telah dipublikasikan dalam kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” 6. Menganalisis majas dan citraan yang terdapat dalam puisi yang telah dipublikasikan dalam kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” 7. Menarik kesimpulan. PEMBAHASAN DAN HASIL 1. Kawanku dan Aku Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan Darahku mengentat pekat Aku tumpat pedat Siapa berkata-kata.....? Kawanku hanya rangka saja Karma dera mengelucak tenaga Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna Dan gerak tak punya arti Tabel 1 Analisis pada puisi Kawanku dan Aku a. Majas Kata-kata bermajas yang terdapat dalam puisi ini yaitu pada kutipan “ Kami sama pejalan larut Menembus kabut Hujan mengucur badan Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan” Penggalan larik puisi tersebut mengandung majas hiperbola yang berarti 2 orang sahabat yang sama-sama berjuang hingga larut malam untuk belajar hingga keringat bercucuran pun mereka tempuh walaupun terkadang ide-ide tidak selalu lancar. Kutipan larik lainnya dalam puisi ini yang mengandung majas ialah “Darahku mengentat pekat Aku tumpat pedat” Makna yang terkandung dalam larik tersebut ialah usaha yang sungguh-sungguh dalam pencapaian pembelajaran. b. Citraan - citraan pendengaran Siapa berkata-kata.....? - citraan perabaan Dan gerak tak punya arti - citraan gerak Darahku mengentat pekat, Aku tumpat pedat - citraan pengecapan Kawanku hanya rangka saja karma dera mengelucak tenaga - citraan pemikiran Dia bertanya jam berapa? Sudah larut sekali Hilang tenggelam segala makna 2. Sajak Putih Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Dihitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi. Malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mangalir dari luka Antara kita mati datang tidak membelah ........ Tabel 2 Analisis pada puisi Sajak Putih Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 44 a. Majas Pada puisi Chairi Anwar berjudul “Sajak Putih” terdapat beberapa kalimat bermajas antara lain - Tari warna pelangi Merupakan majas metafora artinya, banyak macam hal-hal yang datang dalam kehidupan. - Bertudung sutra senja Merupakan majas personifikasi artinya, wanita menggunakan jilbab berwarna lembut atau gelap. - Dihitam matamu kembang mawar dan melati Merupakan majas alegori artinya, dalam bolamata yang berbinar indah. - Dalam dadaku memerdu lagu Merupakan majas personifikasi artinya, didalam batin menyanyikan sebuah lagu. - Menarik menari seluruh aku Merupakan majas metafora artinya, meyakinkan diri akan suatu hal. b. Citraan - citraan pendengaran Dan dalam dadaku memerdu lagu - citraan perabaan Menarik menari seluruh aku. - citraan gerak Menarik menari seluruh aku - citraan pemikiran Selama kau darah mangalir dari luka, Antara kita mati datang tidak membelah - citraan penglihatan Selama matamu bagiku menengadah 3. Nocturno Aku menyeru tapi tidak satu suara Membalas,hanya mati dibeku udara Dalam hatiku terbujur keinginan Juga tidak bernyawa Mimpi yang penghabisan minta tenaga Patah kapak,sia-sia berdaya Dalam cekikan hati ku Terdampar…….. Menginyam abu dan debu Dari tinggalannya suatu lagu Ingatan pada ajal yang menghantu Dan demam yang nanti membikin kaku….. Pena dan penyair keduanya mati, Berpalingan! Tabel 3 Analisis pada puisi Nocturno a. Majas Pada puisi Chairi Anwar berjudul “Nocturno” terdapat beberapa kalimat bermajas antara lain - Hanya mati dibeku udara Merupakan majas personifikasi artinya, apa yang dikatakan tidak didengar orang lain. - Patah kapak, sia-sia berdaya,Dalam cekikan hatiku Merupakan majas hiperbola artinya, bertahan pada perasaan yang sakit hanya perbuatan yang sia-sia. - Menginyam abu dan debu Merupakan majas metafora artinya, bertahan lama tanpa hasil yang pasti. b. Citraan - Citraan pendengaran Tapi tidak suatu suara membalas - Citraan perabaanMimpi yang penghabisan tenaga minta tenaga - Citraan gerak Terdampar…. - Citraan pemikiran Ingatan pada ajal yang menghantu - Citraan penglihatan Pena dan penyair keduanya mati Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 45 - Citraan pengecapan Menginyam abu dan debu Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang dapat dikaji dari berbagai aspek, diantaranya dari struktur dan unsur yang membangun puisi, serta dari tinjauan kesejarahannya. Menurut Dale & Warriner dalam Pradopo,1985 104 bahwa majas merupakan bahasa yang dipergunakan yaitu bahasa kiasan untuk meningkatkan dan memperbanyak efek melalui cara memperbandingkan dan memperkenalkan suatu benda dengan yang lain atau hal yang lebih umum. Hal ini dikarenakan , pengunaan pendek kata majas sehingga merubah nilai rasa atau menimbulkan konotasi tertentu. Adapun menurut Keraf 1988 bahwa majas yaitu bagaimana cara seseorang mengungkapkan pikirannya lewat bahas yang dimilikinya secara khas sehingga dapat diperlihatkan melalui kepribadian dan jiwa pengarang pemakaian bahas. . “Citraan merupakan kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan khayalan atau imajinasi” Kosasih, 2008 33. Artinya, imajinasi yang dimiliki pembaca seolah-olah dapat merangsang pemikirannya sehingga pembaca dapat merasakan, mendengar, atau melihat sesuatu yang diungkapkan oleh penyair. Citraan atau pengimajian merupakan susunan kata berdasarkan apa yang dilihat, didengar, maupun dirasakan penyair dengan menggunakan pancaindra. Permasalahan citraan pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari permasalahan pemilihan kata diksi. Dalam buku kumpulan puisi berjudul “Deru Campur Debu” karya Chairil Anwar dari tiga puisi yang saya analisis memiliki berbagai macam majas dan citraan yang terkandung didalamnya. Dari teori Nurgiyantoro sebelumnya yang menyatakan bahwa puisi memiliki makna yang konkret itu benar apalagi setelah kita mengetahui majas dan citraan yang terkandung, tentu akan lebih mudah dalam pemahaman dan pembacaannya. Analisis Majas dan Citraan Pada Kumpulan Puisi Deru Campur Debu berjudul “Kawanku dan Aku, Sajak Putih dan Nocturno”. SIMPULAN Karya sastra tercipta karena adanya inisiatif pengarang dalam menciptakan karya dalam bentuk ide dan gagasan yang kreatif. Dari penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa didalam ketiga puisi didalam buku kumpulan puisi Deru Campur Debu tersebut mengandung berbagai macam majas yaitu majas personifikasi, metafora, hiperbola, alegori dan mengandung berbagai macam citraan yaitu Citraan pendengaran, perabaan, gerak, pengecapan, pemikiran, dan penglihatan. Permasalahan citraan pada hakikatnya tidak bisa terlepas dari permasalahan pemilihan kata diksi. Dengan adanya diksi atau pilihan kata yang tepat tentu akan menimbulkan daya khayal pembaca terhadap suatu hal yang sedang dibacanya. Namun sebaliknya, penggunaan diksi yang tidak tepat tidak akan dapat membuat pembaca berimajinas seoah-olah merasakan apa yang dirasakan penyair, karena pada umumnya citraan dalam puisi digunakan penyair untuk memperkuat gambaran pemikiran pembaca. Selain menganalisis majas dan citraan bias dilakukan penelitian baru mengenai analisis makna leksikal dalam puisi. DAFTAR PUSTAKA Agan, S., Pd, M., Sempu, D., Sasongko, D., Pd, M., Studi, P., Bahasa, P., & Sastra, D. A. N. 2017. Kajian Struktur Fisik pada Kumpulan Puisi Melihat Api Bekerja Karya M Aan Mansyur An Analysis of Poetry Entitled Seeing Fire Works by M Aan Mansyur Oleh Ley Faunani Susilo Dibimbing oleh SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017. 0101. Ahsin, dkk. 2017. Struktur batin puisi Jumari HS dalam antologi puisi tentang jejak yang hilang. Jurnal Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 46 Pendidikan Bahasa Indonesia, 5 2, [online]. Diakses dari pbs Alby, H. M., & Keguruan, F. 2021. Analisis Struktur dan Nilai Sosial dalam Antologi PuisiMenjadi Dongeng Karya Mukti Sutarman Espe Structure and Social Analysis in MuktiSutarman Espe ’ s Antology of Poetry Menjadi Dongeng. 74– Ardiansyah, N., Sabri, Y., Sudrajat, R. T., Muslim, F., & Aprian, R. S. 2018. Analisis nilai religius dalam film negeri 5 menara yang diadaptasi dari novel Ahmad Fuadi. Parole Damono, Sapardi Djoko. 2017. Ayatayat Api. Jakarta PT Gramedia Pustaka Utama. Dibia, I. K. 2018. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok PT. Raja Grafindo Persada. Espe, 2019. Kumpulan Puisi Menjadi Dongeng Karya Mukti Sutarman Espe. Buku Kumpulan Puisi Mukti Sutarman Espe Fadhilatun, H. 2017. Analisis Diksi dan Citraan dalam Kumpulan Puisi Anak Majalah BoboTahun 2016. Jurnal Kelasa, 122, 213–226. F, Y. A. 2018. Structur And Stereotype In Short Story “Selamat Pagi, Tuan Menteri” Karya Radhar Panca Dahana. JLER Journal of Language Education Research, 1, 1. Humaira, M. A. 2018. KARYA SONI FARID MAULANA. 2. Juwati. 2017. Diksi dan gaya bahasa puisipuisi kontemporer karya Sutardji Calzoum Bachri sebuah kajian stilistik. Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Pengajaran KIBASP, 11. Kadarshi, Sri. 2017. Penggunaan Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Ballada OrangOrang Tercinta Karya Rendra. Skripsi Tidak Diterbitkan. Palu Universitas Tadulako Maryatin, M. 2018. Penggunaan Gaya Bahasa Personifikasi dalam Kumpulan Puisi Karya Mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Balikpapan. Stilistika Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra M. Aris, M. A., Zahar, E., & Sujoko, S. 2019. Citraan Dalam Kumpulan Puisi Ayat-Ayat Api Karya Sapardi Djoko Damono. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 31, 56. Marsela, N. R., Sumiharti, S., & Wahyuni, U. 2018. Analisis Citraan Dalam Antologi Puisi Rumah Cinta Karya Penyair Jambi. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 22, 57. Nuraeni, P. 2019. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Kreatif Puisi dengan Media Rahayu, I. S. 2021. Analisis Kajian Semiotika dalam Puisi Chairil Anwar Menggunakan Teori Charles Sanders Peirce. Jurnal Semiotika, 151, 30–36. Setia, Budi, Prihadi., Firmansyah, Dida. 2019. Analisis Semiotika Pada Puisi “Barangkali Karena Bulan” Karya WS. Rendra. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 2, 269-271 Suciati, M., Mulyono, T., & Khotimah, K. 2020. Citraan Dalam Kumpulan Puisi Dongeng-Dongeng Yang Tak Utuh Karya Boy Candra Dan Implikasinya. Jurnal Skripta, 62. Jurnal Suluh Pendidikan JSP, Vol 10, No 2, September 2022 P ISSN 23562596 E-ISSN 27147037 47 Yuhdi. 2022. Bahan Ajar Penulisan Akademik. Medan Universitas Negeri Medan Janie Gracella DauJulius Sandino KelyEva Dwi KurniawanPenelitian ini membahas tentang penggunaan gaya bahasa atau majas dalam puisi karya Rendra yang berjudul “Aku Tulis Pamplet Ini”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Analisis data dilakukan dengan membaca keseluruhan puisi, mencatat larik puisi yang menggunakan majas, kemudian menarik kesimpulan dari hasil analisis terhadap data yang ada. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa puisi “Aku Tulis Pamplet Ini” menggunakan majas personifikasi, simile, alegori, antitesis, retorik, repetisi, dan eksklamasio di Citraan Dalam Antologi Puisi Rumah Cinta Karya Penyair Jambi. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra IndonesiaN R MarselaS SumihartiU WahyuniMarsela, N. R., Sumiharti, S., & Wahyuni, U. 2018. Analisis Citraan Dalam Antologi Puisi Rumah Cinta Karya Penyair Jambi. Aksara Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 22, 57. 3 Nuraeni, P. 2019. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Kreatif Puisi dengan Media Rahayu, I. S. 2021. Analisis Kajian Semiotika dalam Puisi Chairil Anwar Menggunakan Teori Charles Sanders Peirce. Jurnal Semiotika, 151, Semiotika Pada PuisiSetiaPrihadi BudiDida FirmansyahSetia, Budi, Prihadi., Firmansyah, Dida. 2019. Analisis Semiotika Pada Puisi "Barangkali Karena Bulan" Karya WS. Rendra. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2 2, 269-271Strukturreligiusitas kumpulan puisi "Deru Campur Debu" kanya Chairil Anwar oleh Ratnawati, Dalam penelitian tersebut dijelaskan secara dominan karya-karya sastra mengungkap aspek religiusitas secara langsung (religiusitas otentik). Lebih detail dijelaskan bahwa religiusitas otentik yang terdapat dalam sastra tersebut tercermin dalam lima sikap yaitu rela, menerima, sabar, hormat dan rukun.